affiliate marketing
Shared Files Search Engine File Search Engine by Filecrop

Selasa, 26 April 2011

Heran, Indonesia Kekeuh Bikin PLTN

BENCANA CHERNOBYL
Tanggal 26 April 1986, pukul 01.23 terjadi ledakan pada Unit 4 PLTN Chernobyl. Reaktor Chernobyl jenis RBMK didirikan di atas tanah rawa di sebelah utara Ukraina, sekitar 80 mil sebelah utara Kiev. Reaktor unit 1 mulai beroperasi pada 1977, unit 2 pada 1978, unit 3 pada 1981, dan unit 4 pada 1983. Sebuah kota kecil, Pripyat, dibangun dekat PLTN Chernobyl untuk tempat tinggal pekerja pembangkit itu dan keluarganya.
Secara garis besar, bencana Chernobyl dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada 25 April 1986 reaktor unit 4 direncanakan dipadamkan untuk perawatan rutin. Selama pemadaman berlangsung, teknisi akan melakukan tes untuk menentukan apakah pada kasus reaktor kehilangan daya turbin dapat menghasilkan energi yang cukup untuk membuat sistem pendingin tetap bekerja sampai generator kembali beroperasi.
Proses pemadaman dan tes dimulai pukul 01.00 pada 25 April. Untuk mendapatkan hasil akurat, operator memilih mematikan beberapa sistem keselamatan, yang kemudian pilihan ini yang membawa malapetaka. Pada pertengahan tes, pemadaman harus ditunda selama sembilan jam akibat peningkatan permintaan daya di Kiev. Proses pemadaman dan tes dilanjutkan kembali pada pukul 23.10 25 April. Pada pukul 01.00, 26 April, daya reaktor menurun tajam, menyebabkan reaktor berada pada situasi yang membahayakan. Operator berusaha mengompensasi rendahnya daya, tetapi reaktor menjadi tak terkendali. Jika sistem keselamatan tetap aktif, operator dapat menangani masalah, namun mereka tidak dapat melakukannya dan akhirnya reaktor meledak pada pukul 01.30.
Kecelakaan PLTN Chernobyl masuk level ke-7 (level paling atas) yang disebut major accident, sesuai dengan kriteria yang ditentukan INES (The International Nuclear Event Scale). Di samping kesalahan operator yang mengoperasikannya di luar SOP (standard operation procedure), PLTN Chernobyl juga tidak memenuhi standar desain sebagaimana yang ditentukan oleh IAEA (International Atomic Energy Agency). PLTN Chernobyl tidak mempunyai kungkungan reaktor sebagai salah satu persyaratan untuk menjamin keselamatan jika terjadi kebocoran radiasi dari reaktor. Apabila PLTN Chernobyl memiliki kungkungan maka walaupun terjadi ledakan kemungkinan radiasi tidak akan keluar ke mana-mana, tetapi terlindung oleh kungkungan. Atau bila terjadi kebocoran tidak separah dibandingkan dengan tidak memiliki kungkungan.

Dampak Bencana Chernobyl:


BENCANA FUKUSHIMA

"PLTN yang meledak pada Jumat tergolong pembangkit generasi awal dari tipe boiling water reactor (BWR), yaitu reaktor yang menggunakan uap air untuk menggerakkan turbin. Pembangunannya selesai tahun 1970-an dengan masa pakai 40 tahun. Jadi, PLTN ini sudah di tahun akhir penggunaannya," kata Ferhat Aziz, pakar teknik nuklir dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).
Meski tergolong tua, PLTN Fukushima memiliki tingkat dan sistem pengamanan yang modern. Dilihat dari ketahanan terhadap akselerasi pergerakan tanah akibat gempa, pembangkit ini memiliki skala 500 gal.
Sebagai perbandingan, PLTN di kawasan rawan gempa di negara lain umumnya berkisar 150 gal. Dengan kekuatan setinggi itu, PLTN Fukushima telah dirancang untuk menahan gempa berskala hingga 9 SR.
Berdasarkan sejarah kegempaan di kawasan itu, gempa tektonik di atas 8 SR berpotensi terjadi di sana dalam periode 140 tahun.
Menurut Ferhat, yang menyelesaikan doktor bidang teknik nuklir dari Tokyo Institute of Technology, PLTN Fukushima menggunakan sistem BWR. Reaktor ini dikembangkan di Amerika Serikat pada pertengahan 1950-an.
Selain BWR, dunia juga mengenal dua tipe lain, yaitu pressurized water reactor (PWR) yang menggunakan air tekanan tinggi untuk menggerakkan turbin serta pressurized heavy water reactor (PHWR).
Di Jepang, penggunaan tipe reaktor umumnya PWR dan BWR dengan jumlah berimbang. Sementara di dunia, jika dilihat dari jumlah PLTN yang beroperasi, PWR tergolong yang terbesar, mencapai 70 persen dari total PLTN.
Tiga tipe reaktor itu kini dikembangkan hingga generasi kedua dan ketiga. Bahkan, PWR memiliki generasi III plus. "Pengembangan mengarah ke sistem pasif. Artinya, tak tergantung penanganan eksternal. Sistem yang terbangun secara otomatis melakukan pengamanan secara komprehensif dan terpadu," kata Ferhat.
Desain BWR terbaru adalah advanced boiling water reactor (ABWR), yang dikembangkan akhir 1980. Pembangkit ini memiliki sistem kontrol komputer, sistem proses otomatis dan probabilitas kerusakan inti reaktor sangat rendah.
Sistem pengaman
Ketika gempa besar mengguncang Prefektur Fukushima, reaksi nuklir dalam inti reaktor di PLTN yang berada di dekat pantai itu otomatis berhenti. Ini sesuai dengan prosedur operasi standar yang dirancang.
Namun, dengan terhentinya reaksi fisi itu, teras tempat berlangsungnya proses tidak langsung mendingin. Bangunan teras yang terendam air masih bersuhu tinggi. Karena itu, ada prosedur lain yang harus dilaksanakan, yaitu pendinginan harus terus dilakukan dengan mengalirkan air ke teras. Dengan berhentinya aliran listrik akibat gempa, ada mesin genset yang akan bekerja menggantikannya.
Ada tiga mesin diesel yang bekerja memompa air. Sayangnya, tiga mesin itu gagal beroperasi. Skenario terakhir adalah menggunakan baterai cadangan yang dapat bekerja selama 8 jam. Namun, ini tidak cukup berarti dalam mendinginkan teras.
Berdasarkan kasus ini, menurut Ferhat, diperlukan perbaikan sistem cadangan pendinginan.
"Meski dilakukan pendinginan, suhu di dalam reaktor masih di atas 1.000 derajat celsius," kata Iwan Kurniawan, mantan karyawan Batan, yang juga menyelesaikan program doktornya di Jepang.
Kondisi ini menyebabkan
terjadinya reaksi antara zirkonium dan air menghasilkan gas hidrogen hingga tekanan dalam ruang reaktor naik. Hal ini mendorong dibukanya saluran keluar. "Ledakan terjadi karena gas hidrogen dari dalam reaktor bertemu dengan oksigen di luar," katanya.
Pembukaan saluran itu, kata Ferhat, yang juga Kepala Biro Humas dan Kerja Sama Batan, telah mempertimbangkan arah angin yang mengarah ke laut. Hasil pengukuran radiasi di sekitar PLTN yang dilakukan Badan Pengawas Nuklir Jepang (NISA) menunjukkan, tidak terpantau emisi radiasi nuklir ke udara.

Itu ne dapet dari sini

PLTN Fukushima Sering Memalsukan Data

VIVAnews - Perusahaan pemilik Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Dai-ichi tercatat sering memalsukan data dan bersikap tidak jujur terhadap situasi keamanan instalasi tersebut. Akibatnya, pemerintah Jepang pernah menutup sebagian besar dari reaktor nuklir di berbagai daerah di Jepang.
Informasi ini disampaikan pegawai General Electric (GE) yang membantu pembangunan reaktor milik Tokyo Electric Power Co (Tepco), seperti yang dilansir dari laman The Times, Kamis, 17 Maret 2011.
sumber


Bisa kita simpulkan, kecelakaan itu disebabkan
Pertama, desain reaktor tidak baik, yakni tidak stabil pada daya rendah - daya reaktor bisa naik cepat tanpa dapat dikendalikan. Tidak mempunyai kungkungan reaktor (containment). Akibatnya, setiap kebocoran radiasi dari reaktor langsung ke udara.  
Kedua, pelanggaran prosedur. Ketika pekerjaan tes dilakukan hanya delapan batang kendali reaktor yang dipakai, yang semestinya minimal 30, agar reaktor tetap terkontrol. Sistem pendingin darurat reaktor dimatikan. Tes dilakukan tanpa memberitahukan kepada petugas yang bertanggung jawab terhadap operasi reaktor.
Ketiga, budaya keselamatan. Pengusaha instalasi tidak memiliki budaya keselamatan, tidak mampu memperbaiki kelemahan desain yang sudah diketahui sebelum kecelakaan terjadi. Disamping itu, pengusaha juga telah bersikap tidak jujur menutupi kejadian-kejadian buruk.
Penilaian atas berbagai kelemahan PLTN Chernobyl menghasilkan evaluasi internasional bahwa jenis kecelakaan seperti ini tidak akan mungkin terjadi pada jenis reaktor komersial lainnya. Evaluasi ini ditetapkan demikian karena mungkin berdasarkan analisis jenis reaktor lain yang memenuhi persyaratan keselamatan yang tinggi, termasuk budaya keselamatan yang dimiliki para operator sangat tinggi.
Keempat, kesalahan teknis, dimana seharusnya ada tiga mesin diesel yang bekerja memompa air. Sayangnya, tiga mesin itu gagal beroperasi. Skenario terakhir adalah menggunakan baterai cadangan yang dapat bekerja selama 8 jam. Namun, ini tidak cukup berarti dalam mendinginkan teras



INDONESIA DALAM RING OF FIRE (CINCIN API PASIFIK)
Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire) adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika. Berikutnya adalah Mid-Atlantic Ridge.

Daerah Cakupan
Beberapa daratan dan lautan yang membentuk Lingkaran Api Pasifik (dari arah barat daya, berlawanan arah jarum jam):
Selandia Baru,Palung Kermadec,Palung Tonga,Palung Bougainville,Indonesia,Gunung Merapi,Filipina,Palung Filipina,Palung Yap,Palung Mariana,Palung Izu Bonin,Palung Ryukyu,Jepang,Gunung Fuji,Palung Jepang,Palung Kurile,Kamchatka,Kepulauan Aleutia,Palung Aleutia,American cordillera,Alaska,Pacific Coast Range,British Columbia,Barisan Pegunungan Cascade,Gunung St. Helens,California,Meksiko,Palung Amerika Tengah,Guatemala,Nikaragua,Kolombia,Ekuador,Peru,Palung Peru-Chili Trench, 

Sumber

Oke.. Bahasan ane g panjang-panjang gan.
Pernyataan bahwa kelemahan-kelemahan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan PLTN Chernobyl (poin 1-3) tidak akan terjadi pada reaktor komersial lainnya yang memenuhi persyaratan keselamatan yang tinggi, termasuk budaya keselamatan yang dimiliki para operator sangat tinggi apakah masih valid? Bagaimana dengan Fukushima? bukankah telah memenuhi persyaratan keselamatan yang tinggi juga?
Fukushima karena Reaktornya sudah diakhir masa pakai, lha apakah mesin-mesin diIndonesia selalu menggunakan yang terbaru dengan perawatan yang sangat baik?
Poin penyebab kecelakaan manakah yang bisa dihindari jika PLTN jadi didirikan di Indonesia? Bukankah semua poin tersebut sangat dekat dengan Indonesia? Agan dah faham lah soal sunat menyunat, kelalaian yang tidak lagi terjadi satu-dua kali, tetapi dah seperti hal yang wajar.
Lanjut, kenyataan bahwa posisi Indonesia yang berada dalam Ring of Fire. So? bukankah aneh jika Indonesia bersikeras menginginkan PLTN???

Tobat tobat.. gimana menurut agan2?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar